PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI
DESTILASI NORMAL



Disusun oleh


Selly Wulandari                      (F1F115048)

Asisten Laboratorium            :
1.     Nurmawati Lase               (F1C114010)
2.     Eka Lusya Wahyuni         (F1C114015)
3.     Rivi Ikhsan Qasthari        (F1C114022)
4.     Nesya El Hikmah             (F1C114041)

Dosen Pengampu :
1.     Dr. rer. nat. Muhaimin, S.Pd., M.Si.
2.     Elisma, M.Farm., Apt.
3.     Havizur Rahman, M.Farm., Apt.



LABORATORIUM AGROINDUSTRI DAN TANAMAN OBAT
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI

2017









PERCOBAAN I

DISTILASI NORMAL


1.      Mahasiswa dapat mengetahui komponen alat distilasi uap.
2.     Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja distilasi uap.
3.  Mahasiswa dapat memisahkan campuran dua atau lebih zat yang berupa cairan, sehingga salah satunya merupakan zat murni.

   II.     II. Landasan Teori
Distilasi merupakan keterampilan pada zaman dahulu. Distilasi ini merupakan sebuah metode pemisahan suatu campuran dengan cara mendidihkan dan mendinginkan. Alat distilasi digunakan untuk membuat minuman keras yang dikenal dengan aqua ardens (air pembakar) atau aqua viitae (air kehidupan) dari alkohol yang diperoleh melalui fermentasi. Minyak-minyak yang kita butuhkan sehari-hari dan berguna untuk kesehatan dapat juga dibuat dengan cara ini. Berbagai jenis alat distilasi telah dikembangkan untuk memisahkan campuran. Jika campuran dipanaskan, bahan-bahan dengan titik didih rendah akan menguap terlebih dahulu. Uap yang mengandung kadar alkohol tinggi selanjutnya didinginkan dalam sebuah alat pendingin dan sisanya dibiarkan (Newmark , 2000).
          Proses  distilasi merupakan salah satu cara untuk memisahkan komponen dalam larutan yang berbentuk cair atau gas dengan mendasarkan pada perbedaan titik didih komponen yang ada didalamnya. Dasar dari pemisahan dengan distilasi adalah jika suatu campuran komponen diuapkan maka komposisi pada fase uap akan berbeda dengan fase cairnya. Untuk komponen yang memiliki titik didih lebih rendah maka akan didapatkan komposisi yang cenderung lebih besar dari fase uapnya. Uap ini diembunkan dan dididihkan kembali secara bertingkat-tingkat, maka akan diperoleh komposisi yang semakin murni pada salah satu komponen. Untuk komposisi, suhu dan tekanan tertentu tidak memenuhi kecenderungan tersebut. Artinya jika campuran tersebut dididihkan, maka komposisi fase uapnya akan memiliki komposisi yang sama dengan fase cairnya, keadaan ini disebut dengan kondisi azeotrop. Sehingga campuran pada kondisi ini tidak dapat di pisahkan dengan cara distilasi biasa (Abasrata, et al. 2007).
            Hubungan antara tekanan uap dan dari seni adalah titik didih dengan komposisi fase-fase cairan biner adalah prinsip yang terpenting dalam distilasi.


Dalam hal cairan yang bercampur, dari pada memplot tekanan uap terhadap komposisi, lebih berguna memplot titik didih berbagai campuran yang ditentukan pada tekanan atmosfer terhadap komposisi. Semakin  tinggi tekanan uap cairan, yaitu semakin mudah cairan menguap, maka semakin rendah titik didihnya. Karena uap campuran biner selalu lebih kaya akan konstituen yang mudah menguap. Proses distilasi dapat di gunakan untuk memisahkan konstituen yang mudah menguap. Proses distilasi dapat digunakan untuk memisahkan konstituen yang mudah menguap dari konstituen yang sukar menguap. Apabila campuran dari dua cairan yang praktis tidak tercampur dipanaskan. Sementara molekul-molekul bergerak menuju permukaan kedua cairan untuk mencapai fase uap. Masing – masing konstituen secara bebas memakai tekanan uapnya sendiri sebagai suatu fungsi dari temperatur seolah – olah konstituen lain tidak ada. Pendidihan mulai terjadi dan distilasi dapat terjadi apabila jumlah tekanan parsial dari kedua cairan tidak bercampur tepat melampaui tekanan atmosfer. Prinsip ini dipakai dalam distilasi uap, dimana banyak senyawa organik yang tidak larut dalam air dapat dimurnikan pada temperatur dibawah titik dimana akan terjadi dekomposisi. Distilasi uap terutama berguna untuk memperoleh minyak menguap dari jaringan tanaman tanpa mendekomposisi minyaknya (Martin , et al , 2013).
Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar adalah air dan etanol). Titik didih etanol murni adalah 78 ̊C sedangkan titik didih air adalah 100 ̊C (kondisi standar). Dengan demikian, memanaskan larutan pada rentang suhu 78 ̊C -100 ̊C akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 0.5 % volume. Adapun rangkaian peralatan proses adalah sebagai berikut : (1) peralatan penggilingan (2) pemasak termasuk suport, pengaduk dan motor, steam line dan insulasi. (3) eksternal heat exangher (4) pemisah padatan-cairan  (solid liquid separators) (5) tangki penampung bubur (6) unit fermentasi dengan pengaduk (7) unit distilasi, termasuk pompa dan alat kontrol (8) boller, termasuk system of feed  water dan softener (9) tangki penyimpan sisa termasuk fitting  (Bustaman, 2008).
Distilasi air merupakan salah satu cara untuk memisahkan minyak atsiri dari dalam bahan. Pada metode ini, bahan yang didestilasi rimpang terlebih dahulu diubah dalam bentuk chips untuk membentuk serta untuk mempermudah dalam proses distilasi. Permintaan akan  minyak jaringan ini sangat luas yaitu dari bidang industri makanan, farmasi, kecantikan maupun iindustri parfum (Prisca, et al ,2014).
Distilasi merupakan metode yang paling populer, digunakan secara luas dan cast–effective untuk memproduksi minyak esensial diseluruh dunia. Distilasi tanaman aromatik secara sederhana menggunakan penguapan atau membebaskan minyak dari membran sel tanaman dengan adanya kelembapan dengan menerapkan suhu yang tinggi dan kemudian mendinginkan campuran uap untuk memisahkan minyak dari air berdasarkan ketidak bercampurnya dan densitas minyak esensial dengan air (Caroline , 2011).
Metode distilasi yang umum di gunakan dalam produksi minyak atsiri adalah distilasi air dan distilasi uap air. Karena metode tersebut merupakan metode yang sederhana dan membutuhkan biaya yang lebih rendah di bandingkan dengan distilasi uap. Namun belum ada penelitian tentang pengaruh kedua metode distilasi tersebut terhadap minyak atsiri yang dihasilkan minyak atsiri dalam tanaman aromatik diselubungi kelenjar minyak, pembuluh–pembuluh, kantung minyak, atau rambut granular. Sebelum diproses, sebaiknya bahan tanaman dirajang (dikecilkan ukurannya) terlebih dahulu. Namun dalam proses distilasi tradisional pada umumnya ukuran bahan yang digunakan tidak seragam. Karena proses pengecilan ukurannya hanya melalui proses penghancuran sederhana ( Tri, et al ., 2012).
Jenis distilasi menurut Wolongare, et al. (2013) yaitu :
1)    Distilasi sederhana
Distilasi sederhana atau distilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yanng jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan distilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murni. Senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap saat mencoba titik didih masing – masing.
2)     Distilasi fraksionasi (bertingkat)
     Sama prinsipnya dengan distilasi sederhana, hanya saja distilasi bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik. Sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan. Untuk memisahkan dua jenis cairan yang sama mudah menguap dapat dilakukan dengan distilasi bertingkat.
3)    Distilasi azeotrop
     Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit dipisahkan). Biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut atau dengan menggunakan tekanan tinggi.
4)    Distilasi uap
     Untuk memurniakan zat atau senyawa air yang tidak larut dalam air, dan titik diidih nya cukup tinggi, sebelum zat cair tersebut mencapai titik didihnya, zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi perubahan, maka zat cair tersebut tidak dapat dimurnikan secara distilasi sederhana atau distilasi bertingkat, melainkan harus di distilasi dengan distilasi uap. Distilasi uap adalah distilat yang secara umum digunakan untuk distilasi campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air dengan cara mengalirkan uap air didalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada temperatur yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung.
5)    Distilasi vakum
     Memisahkan dua komponen yang titik didihnya sangat tinggi, metode yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari satu Atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya yang digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi.




3.1 Alat
a.    Batu didih
b.    Beaker glass
c.    Gelas ukur 100 mL
d.    Hot plate
e.    Labu alas bundar 100mL
f.     Piknometer 10 mL
g.    Set alat destilasi
h.    Termometer





3.2 Bahan

No

Bahan
Sifat Fisika
Sifat Kimia
Bahaya
Penanggulangan
1.
Etanol Teknis
-Bentuk cair
-Tidak berwarna
-Bau seperti   alkohol
-Titik lebur -117°C
-Titik didih 78°C
-Berat jenis relatif 0,805-0,812 gr/cm3
-Larut dalam air, eter, metanol, kloroform, aseton
-Stabilitas stabil secara kimia pada kondisi standar (suhu kamar)
-Cairan mudah terbakar
-Efek iritasi
-Dijauhkan dari panas, percikan api, permukaan yang panas dan rokok yang menyala
-Menggunakan masker, sarung tangan, dan kacamata lab menghindari efek iritasi kulit , mata, serta pernafasan

2.
Metanol Teknis
-Bentuk cair
-Jernih
-Bau seperti alkohol
-Titih didih 64,7C
-Berat jenis relatif 0,79 gr/cm3

-Larut dalam lakohol, ester, keton, eter dan kebanyakan pelarut organik
-Stabilitas stabil secara kimia pada kondisi standar
-Mudah terbakar
-Efek iritasi
-Dijauhkan dari panas, percikan api, permukaan yang panas dan rokok yang menyala
-Menggunakan masker, sarung tangan, dan kacamata lab menghindari efek iritasi kulit , mata, serta pernafasan

3.
Cuprisulfat Anhidrat
-Warna putih keabuan
-Berbentuk kristal
-Tidak berbau
-Higroskopis
-Stabilitas stabil secara kimiawi pada kondisi standar
-Larut dalam air
-Efek iritasi
-Menggunakan masker, sarung tangan, dan kacamata lab menghindari efek iritasi kulit , mata, serta pernafasan


IV. Prosedur Percobaan







Pada percobaan ini yang berjudul destilasi normal. Dimana dilakukan pengujian sampel ethanol yaitu dengan metode destilasi sehingga di dapat etanol murni. Destilasi yang digunakan pada pratikum kali adalah dengan mengunakan destilasi normal. Dimana destilasi normal itu sendiri ialah destilasi yang digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang dapat menguap di bawah suhu 130 .
Prinsip dari distilasi normal ini adalah dengan penguapan cairan dan pengembunan kembali uap tersebut, dimana suatu pemisahan yang berdasarkan titik didihnya. Cairan yang diembunkan tersebut dinamakan destilat. Dalam proses destilati, yang menggunakan cairan sebagai media panas maka permukaan cairan yang akan di destilasi harus lebih rendah agar pemanasan rata sehingga penguapannya sempurna. Pada pratikum kali ini, sampel yang digunakan yaitu campuran etanol dengan air, dimana titik didih etanol lebih rendah dari pada titik didih air  yang mengakibatkan etanol akan menguap terlebih dahulu dan air yang akan didapatkan destilat etanol murni.Menurut Depkes RI (1979), Etanol adalah campuran etil alcohol dan air, mengandung tidak kurang 94,7% atau 92,0% dan tidak lebih dari 95,2% atau 92,7% (C2H6O). Pemerian cairan tak berwarna, mudah menguap, dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru tidak berasap. Kelarutan mudah larut dalamair, dalam kloroform, dan eter.Bobot jenis = 0.8119 sampai 0.8139. Sedangkan penyimpanannya dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari cahaya, ditempatkan sejuk, jauh dari nyala api.Khasiat dan penggunaannya sebagai zat tambahan, pelarut struktur :  CH3 – CH2 – OH
            Gambar dari alat distilasi adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Alat distilasi sederhana
Keterangan :
1.    Termometer                                 7. selang
2.    Labu las bundar                         8. erlenmeyer
3.    Pemanas                                      9. Steel head
4.    Kondensor                                   10. adaptor
5.    Celah air masuk                         11. konektor
6.    Celah air keluar

Menurut Ibrahim (2013), kegunaan komponen alat detilasi yaitu :
1.    Termometer
Biasanya digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didestilasi selama proses destilasi berlangsung.
2.    Labu alas bundar
Berfungsi sebagai wadah atau tempat suatu campuran yang akan didestilasi.
3.    Pemanas (elektromantel)
Elektromantel berfungsi untuk memanaskan bahan di dalam labu destilasi.
4.    Kendensor
Kondensor berfungsi untuk mengembunkan distilat dari fase gas ke cair
5.    Celah air masuk
Celah masuk berfungsi untuk aliran air keran.
6.    Celah air keluar
Celah keluar berfungsi untuk aliran uap hasil reaksi.
7.    Selang
Selang berfungsi sebagai penyalur air masuk dan air keluar.
8.    Erlenmeyer
Erlenmeyer berfungsi sebagai wadah penampung destilat.
9.    Steel head
Berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan masuk ke alat pendingin.
10. Adaptor (Recervair adaptor )
Berfungsi untuk menyalurkan hasil destilasi yang sudah terkondisi untuk disalurkan ke penampung yang telah tersedia.
11. Konektor
Konektor berfungsi menghubungkan adaptor dengan erlenmeyer.



Pada praktikum kali ini didaatkan data sebagai berikut :
Tabel 1. Data hasil pengamatan pemisahan distilasi normal
Perlakuan
Hasil pengamatan
-         Dimasukan etanol ke dalam labu alas bundar 100 mL
-         - Etanol tidak berwarna
-         - Baunya seperti alkohol
-         - Berat jenis 0.7893 gr/cm3
-         Dilarutkan pemisahan dengan distilasi normal

-

-         Dicatat suhu dan volume distilat secara teratur

Perlakuan 1 :
T = 76
Waktu tetesan pertama = 10.25 detik
T konstan = 78
t konstan =14.40 menit
v destilat : 1373 tetes
= 57.2 mL
-         Perhitungan distilasi dibagi 2

Ρ = m/v  =piknometer etanol – piknometer kosong
Volume
= 42.3224 gr – 22.69 gr
                57.2 mL
= 0.749328 gr/cm3
Keterangan : pengamatan terhadap suhu dan volume destilat serta perlakuan
terhadap sampel
            Dari hasil percobaan di dapatkan suhu pada tetesan pertama yaitu 76  dengan waktu 10.25 s hal ini karenaetanol mulai mendekati titik didihnya yaitu 78  , sehingga etanol mulai menguap. Selain itu dari tabel diatas didapatkan juga T konstan yaitu  78°C. Di dapat  78  sebab telah mencapai titik didih dari etanol itu sendiri yaitu 78 sehingga pada suhu tersebut mulai konstan dan didapatkan destilat etanol yang murni, lalu waktu yang tercatat  saat didapatkan T konstan yaitu sebesar 14.40 menit dan hasil akhirnya di dapatkan destilat etanol yaitu 57.2 mL sebanyak 1373 tetes.
Selain data tersebut didapatkan juga data hubungan antara suhu, tetesan dan waktu yaitu :
Tabel 2. Data hubungan antara suhu, tetesan dan waktu
Suhu (◦C)
Tetesan Destilat
Waktu (menit)
76
1
10,25
77
30
10,55
77,5
155
13,05
78
250
14,40
78,5
793
19,32
79
1373
24,26

Dari data diatas, dapat dibuat kurva sebagai berikut

Gambar 2. Grafik hubungan antara suhu dengan tetesan distilat
Dari kurva tersebut didapatkan bahwa semakin tinggi suhu pemanasan, maka tetsan destilat yang dihasilkan akan semakin banyak. Hal ini sesuai dengan literatur dimana menurut Marjoni (2014), suhu berpengaruh terhadap banyak destilat yang dihasilkan. Semakin tinggi suhu maka destilat yang dihasilkan semakin banyak, namun tidak melebihi titik etanol yaitu 78 . Hal ini berarti bahwa hubungan antara suhu dengan tetesan destilat berbanding lurus dengan tidak melebihi titik didihnya.  Jika dilihat dari nilai regresi linear yang didapatkan yaitu 0,736 yang berarti data yang didapatkan belum cukup teliti dan benar karena nilai R tidak mendekati 1.
Selain kurva hubungan suhu dan tetsan destilat, didapatkan juga kurva hubungan antara waktu dengan tetesan destilat yaitu sebagai berikut

Gambar 3. Grafik hubungan antara waktu dan tetesan destilat

Dari grafik diatas didapatkan bahwa waktu destilasi berpengaruh terhadap jumlah tetesan destilat. Hubungan antara keduanya yaitu berbanding lurus, dimana semakin lama waktu destilasi maka tetesan destilat yang dihasilkan akan semakin banyak. Jika dilihat dari nilai regresi linear yang didapatkan yaitu 0,9829 yang berarti data yang didapatkan telah teliti dan benar karena nilai R mendekati 1.
Pada kedua grafik yang telah dijabarkan sebelumnya, didapatkan bahwa hubungan antara tetesan destilat dengan waktu dan suhu berbanding lurus dimana semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu destilasi maka jumlah tetesan destilat akan semakin banyak. Hal ini sesuai dengan literatur dimana menurut Marjoni (2014),Hasil analisis menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan antara suhu dan waktu destilasi mempunyai pengaruh terhadap kadar etanol destilat yang dihasilkan baik dengan metode regresi maupun dengan metode farmakope.Selain faktor waktu dan suhu terdapat juga faktor lain yang mempengaruhi jumlah tetesan destilat yaitu menurut Yuliarto, et al (2012) ukuran dan metode destilasi berpengaruh terhadap destilat yang dihasilkan. Namun berat jenis, indeks bias dan kelarutan tidak berpengaruh terhadap hasil destilasi.
            Pada akhir percobaan, dilakukan pengujian etanol yang bertujuan untuk mengetahui apakah destilat yang dihasilkan merupakan etanol murni atau tidak. Pengujian dilakukan dengan cara menambahkan cuprisulfat anhidrat kedalam destilat. Lalu didapatkan bahwa cuprisulfat anhidrat mengendap didasar tabung reaksi hal ini membuktikan bahwa etanol yang didestilasi merupakan etanol murni.
            Pada percobaan destilasi tahap kedua menggunakan sampel yaitu metanol. Pemerian atau identifiksi metanol menurut Depkes RI (1979), pemerian: cairan tidak berwarna, jernih, bau khas, dapat bercampurdengan air, membentuk cairan jernih, tidak berwarna, bobot jenis 0,796-0,798 rumus molekul CH3OH, titik didih 64,7°C.
Pada pemurnian metanol teknis menggunakan metode destilasi normal didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 3. Data hasil metanol teknis dengan metode distilasi normal
Suhu ( )
Tetesan
62
1
62,2
23
62,4
46
62,5
67
62,6
103
63
267
            Keterangan: tabel yang menunjukkan suhu tertentu terhadap tetesan
 destilat yang dihasilkan
Dari data diatas maka dibuatlah grafik yaitu hubungan antara suhu dengan tetesan destilat pada perlakuan 1.

Gambar 4. Grafik hubungan antara suhu dan tetsan destilat
Pada grafik diatas didapatkan bahwa semakin tinggi suhu uap dari metanol teknis maka tetesan destilat akan semakin banyak. Hal ini berarti hubungan antara suhu metanol dengan tetesan destilat adalah berbanding lurus. Selain itu, pada grafik didapatkan regresi linearnya yaitu 0.8986 atau mendekati, hal ini berarti data yang didapatkan mendekati akurat atau benar.
Pada perlakuan kedua metode destilasi normal metanol didapatkan data sebagai berikut:
Suhu( )
Tetesan
63
1
63,4
36
63,8
52
64,2
74
64,4
102
64,6
217
64,8
253
65
303
            Keterangan : tabel yang menunjukkan suhu tertentu pada destilasi
                                      menghasilkan tetesan yang berbeda
Dari data diatas maka dibuat grafiik yaitu hubungan antara suhu dengan tetesan destilat pada perlakuan 2.

Gambar 5. Grafik hubungan antara suhu dengan tetesan destilat
Pada grafik diatas didapatkan bahwa semakin tinggi suhu uap dari metanol makatetesan destilat akan semakin banyak, hal ini berarti hubungan antar suhu metanol dengan tetesan destilat berbanding lurus. Selain itu, regresi linear grafik diatas yaitu 0,838 atau mendekati 1 yang berarti data tersebut akurat atau benar.





VI. Kesimpulan dan saran

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1.    Alat distilasi terdiri dari thermometer, kondensor, statif, larutan, labu alas bundar, dan Erlenmeyer.
2.    Prinsip kerja dari distilasi normal yaitu pemisahan suatu senyawa yang berdasarkan perbedaan titik didih.
3.    Suhu dan waktu distilasi berpengaruh terhadap hasil distilasi (distilat), yaitu berbanding lurus.
6.2 Saran
            Diharapkan nantinya pemurnian senyawa dengan distilasi dapat dilakukan dengan waktu yang lebih cepat dengan menggunakan metode baru yang lebih efisien.

















DAFTAR PUSTAKA

Abasrata. T . I .dan E. A. Budiarto. 2007. Efisiensi Kolom Sieve Tray Pada Distilasi Yang Mengandung Tiga Komponen (Aseton – Alkohol – Air ). Jurnal Nasional. vol 1. No 1 . ISSN : 978-979.

Baht. 1998. Teknik Pemisahan Kimia dan Fisika. Bandung : UNPAD.

Bustaman, S. 2008. Kebijakan Pembangunan Bahan Bakar Nabati (Bioetanol).Jurnal Ekonomi dan Pembangunan. Vol 16. No 1.  ISSN : 38.

Caroline. 2011. Pembuatan Minyak Esensial Dengan Cara Distilasi. Depok :
Makalah Konsep Herbal Indonesia.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Jakarta : Depkes RI.

Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organic Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga

Harahap, H. 2003. Produksi Alkohol. Medan : USU – Press.

Ibrahim, S. 2013. Teknologi Laboratorium Kimia Organik. Yogyakarta :Graha
Ilmu.

Kartika, B., A .D .Guritno dan Ismayawati.2007. Petunjuk Evaluasi Produk
Industry Hasil Pertanian. Yogyakarta : UGM – Press.

Marjoni, dan Riza. 2014. Pemurnian Etanol Hasil Fermentasi Kulit Umbi Singkong dan Limbah Industry Kerupuk Sanjai Di Kota Bukit Tinggi Berdasarkan Suhu Dan Waktu Distilasi. Pharmaciana.Vol 4. No 2. Hal 193-200.

Martin, A., J. Swarbrick dan A. Camorata. 2013. Farmasi Fisik.Jakarta : UI –
Press.

Newmark, A. 2000.Jendela Iptek Seri7 : Kimia. Jakarta : Balai  Pustaka.

Prisca, V. E. Dan S. B. Widjanarko. 2014. Distilasi dan Karakterisasi Minyak
Atsiri Rimpang Jeringau. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol 2. No 2. ISSN : 18.

Riawan .1990.Pengantar Kimia Organik. Yogyakarta : Rekacipta.

Risnayati, S. 2010. Biodiesel From Avocado seed by Transesterification
process. Jurnal Teknik Kimia.Vol 5. No (1) ISSN : 349.

Rubiyanto dan Dwiarso. 2013. Teknik Dasar Kromatografi. Yogyakarta : Deepublish.

Tri, F. Y., L. U. Khassanah dan  B. K Anandita. 2012. Pengaruh ukuran bahan
Dan metode distilasi( distilasi air dan distilasi uap air) terhadap kualitas
Minyak atsiri kulit kayu manis. Jurnal Tekno Sains Pangan.Vol 1. No 1. ISSN : 13.




Walangare, K. B .A ., A. S. M . Lomenta, J. O. Wuwung, B. A. Sugiarto. 2013.
Rancang bangun alat konversi air laut menjadi air minum dengan proses
Distilasi sederhana menggunakan pemanas elektrik. E-journal teknik Elektro dan komputer.Vol 1. No (2). ISSN : 1-2.

Yuliarto F.T, L.U khasanah dan R.B anandito. 2012. Pengaruh Ukuran Bahan dan Metode Distilasi (Distilasi Air dan Distilasi Uap-air) Terhadap Kualitas Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis. Jurnal Tekno Sains Pangan. Vol. 1. No. 1. Hal 12-24.
                                                      






























Komentar

  1. apa kelebihan serta kelemahan penggunaan metode destilasi normal ini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kelebihan Destilasi:

      1. Dapat memisahkan zat dengan perbedaan titik didih yang
      tinggi.
      2. Produk yang dihasilkan benar-benar murni.

      Kekurangan Destilasi :

      1. Hanya dapat memisahkan zat yang memiliki perbedaan titik
      didih yang besar.
      2. Biaya penggunaan alat ini relatif mahal.

      Hapus
  2. Jelaskan secara singkat aplikasi destilasi dalam Kimia organik, Industri dan Farmasi
    Serta berikan contohnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. -Kimia organik

      pembuatan minyak atsiri dengan menggunakan daun cengkeh
      Pembuatan minyak sereh
      Pembuatan minyak terpentin

      Ketiga pembuatan minyak tersebut dengan menggunakan destilasi uap.

      -Bidang Industri

      Penyulingan herbal untuk wewangian dan medicinals (herbal distilat), dan pengolahan makanan. Pemurnian vitamin dan Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk transportasi, pembangkit listrik, pemanas,udara juga didestilasi menjadi komponen – komponen seperti oksigen seperi helium untuk pengisian balon.

      -Bidang Farmasi

      Udara didestilasi menjadi komponen-komponen seperti oksigen untuk penggunaan medis, Distilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatan alkohol dengan penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman suling.

      Hapus
  3. Kenapa air dan etanol dapat dipisahkan dengan metode destilasi? Dan apasaja cara untuk menentukan kemurnian destilat?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Air dan etanol bisa berpisah secara molokular pada saat proses destilasi karena memang air dan etanol pada tidak berkaitan secara kovalen ataupun ionik,jadi dapat dengan mudah di pisahkan melalui proses destilasi karena air dan etanol memiliki ikatan hidrogen tersebut di butuhkan energi.energi yang di butuhkan itu diperoleh dari panas pada saat proses destilasi tersebut.

      cara menentukan kemurnian destilat:
      a. membandingkan harga indeks bias destilat dengan pelarut
      b. membandingkan berat jenis destilat dengan pelarut
      c. membandingkan sudut putar jenis destilat dengan pelarut
      d. jika dipisahkan dari air,dapat dilakukan penambahan cuprisulfat anhidrat.

      Hapus
  4. Apa saja bahan yang bisa digunakan untuk menguji kemurnian etanol selain menggunakan cuprisulfat anhidrat?

    BalasHapus
    Balasan
    1. belum di ketahui, akan tetapi biasanya kalau untuk menguji kemurniam etanol selalu menggunakan bahan berupa cuprisulfat anhidrat.atau bisa juga menggunakan beberapa cara yang lain seperti:
      a. membandingkan harga indeks bias destilat dengan pelarut
      b. membandingkan berat jenis destilat dengan pelarut
      c. membandingkan sudut putar jenis destilat dengan pelarut
      d. jika dipisahkan dari air,dapat dilakukan penambahan cuprisulfat anhidrat.

      Hapus
  5. cara kerja untuk memulai destilasi ?

    BalasHapus
  6. Konten yang bagus , Bgaimana mekanisme trjadinya rasa nyeri dari tempat stimulus ransang sampai saraf pusat? Terima kasih kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya akan membantu menjawab pertanyaan wulan:
      rangsangan(mekanik, termal atau Kimia) diterima oleh reseptor nyeri yang ada di hampir setiap jaringan tubuh, Rangsangan ini di ubah kedalam bentuk impuls yang di hantarkan ke pusat nyeri di korteks otak. Setelah di proses dipusat nyeri, impuls di kembalikan ke perifer dalam bentuk persepsi nyeri (rasa nyeri yang kita alami).

      Rangsangan yang diterima oleh reseptor nyeri dapat berasal dari berbagai faktor dan dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:
      1.Rangsangan Mekanik
      2.Rangsangan Termal
      3.rangsangan kimia
      Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang ditemukan hampir pada setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem Serabut. Sistem pertama terdiri dari serabut Aδ bermielin halus bergaris tengah 2-5 µm, dengan kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak bermielin dengan diameter 0.4-1.2 µm, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik.
      Serabut Aδ berperan dalam menghantarkan "Nyeri cepat" dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajam dan terlokalisasi, sedangkan serabut C menghantarkan "nyeri Lambat" dan menghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak.
      Pusat nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke nukleus posteromidal ventral dan posterolateral dari talamus. Dari sini impuls diteruskan ke gyrus post sentral dari korteks otak.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer